Pengaruh Gelombang Elektromagnetik
Banyak kalangan mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh ponsel (telepon seluler) dapat mengganggu kesehatan
pengguna dan orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Anggapan ini
dibenarkan oleh para ahli bidang telekomunikasi, namun tidak sedikit
pula bantahan-bantahan oleh beberapa pihak yang menyangkal sebaliknya.
Para ahli mengungkapkan radiasi yang ditimbulkan ponsel tidak seratus
persen bisa menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, mengingat
masih banyak orang yang masih setia menggunakan piranti wireless ini untuk memudahkan aktifitasnya dan tidak terjadi suatu hal apapun bahkan boleh dibilang masih aman-aman saja.
Namun kita juga tidak bisa mengabaikan permasalahan ini, hal ini
sudah dibuktikan oleh salah satu negara yang memiliki jumlah pengguna
ponsel terbanyak dunia. Peraturannya bisa dikatakan sangat ketat apalagi
mengenai efek samping dari radiasi ponsel. Penetapan aturan ambang
batas toleransi radiasi ponsel, tentunya dapat menimbulkan banyak
perdebatan di kalangan produsen dengan pemerintah setempat.
Banyak banyak peneliti yang mengungkap pengaruh radiasi ponsel
terhadap kesehatan manusia menerangkan bahwa seseorang yang banyak
terkena radiasi ponsel cepat atau lambat, dapat menyebabkan efek
detrimental pada otak, bahkan ada yang berpendapat bahwa penggunaan
ponsel secara terus menerus selama lima sampai 18 tahun atau lebih,
dapat beresiko lebih tinggi terkena kanker leukemia atau kanker pankreas
serta juga dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi sperma sampai 80
persen.
Paling tidak sampai sekarang ini masih belum adanya bukti antara
radiasi RF (radio frequensi) dengan pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia, dan orang tidak bisa memastikan bahwa sebuah handset mampu
menimbulkan resiko. Kalaupun ada pengaruhnya sangatlah kecil dan
diperlukan pengujian terhadap teknologi ini lebih mendalam. Tidak
sedikit pula orang beranggapan penggunaan handsfree salah satu alternatif untuk bisa mengurangi pengaruh radiasi gelombang radio yang dipancarkan ponsel terhadap kesehatannya.
Paling tidak kedepan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 220
juta jiwa dan baru 25 juta pelanggan saja yang sudah menggunakan telepon
seluler. Hal ini menunjukkan bahwa industri seluler ditanah air semakin
maju. Seiring semakin populernya telepon genggam ini banyak orang sudah
mulai mempertanyakan sebenarnya seberapa besar pengaruh radiasi ponsel
kepada kesehatan manusia?
Banyak pengguna ponsel yang mungkin tidak mengetahui bahwa ponsel
yang mereka gunakan dapat mengirimkan gelombang elektromagnetik ke dalam
tubuh mereka.
Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya
energi gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh
seseorang tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala. Paling
tidak kurang lebih sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang
diserap dan menembus daerah sekitar kepala.
Ponsel merupakan alat komunikasi dua arah dengan menggunakan
gelombang radio yang juga dikenal dengan radio frequensi (RF), dimanapun
kita melakukan panggilan, suara akan ditulis dalam sebuah kode tertentu
ke dalam gelombang radio dan selanjutnya diteruskan melalui antena
ponsel menuju ke base station terdekat dimana kita melakukan
panggilan. Gelombang radio inilah yang menimbulkan radiasi dan banyak
kontroversi dari berbagai kalangan tentang keamanan dalam menggunakan
ponsel.
Pengukuran kadar radiasi sebuah ponsel umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate (SAR).
Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh jaringan
tubuh pengguna ponsel bisa dinyatakan sebagai unit dari watts perkilogram (W/kg).
Batas SAR yang ditetapkan oleh International Commission on Non-Ionizing
Radiation Protection (ICNIRP) adalah 2.0 W/kg. Sementara The Institute
of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah menetapkan
sebuah standar baru yang digunakan oleh negara Amerika dan negara lain
termasuk Indonesia dengan menggunakan batas 1.6 W/kg.
Pengujian SAR diadakan dengan menuangkan simulasi jaringan ponsel
yang memancarkan radio frekuensi ke dalam sebuah bentuk kepala manusia.
Menempatkan ponsel pada bagian kepala dan dioperasikan dengan full power.
Sebuah robot lengan melakukan penyelidikan di dalam jaringan untuk
menemukan area dimana terdapat RF (radio frekuensi) yang paling tinggi,
serta ingin menemukan dimana proses kandungan SAR ini dilakukan dengan
secara perhitungan matematik. Untuk mengetahui lebih dalam lagi, level
SAR yang terdaftar dalam grafik berikut menunjukkan level maksimum SAR
dengan ponsel di dekat telinga.
Penting untuk diketahui bahwa dalam daftar level radiasi ponsel
tersebut tidak menyatakan bahwa menggunakan ponsel berbahaya atau tidak
untuk kesehatan. Jadi semua keputusan ada di tangan pengguna ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar